top of page
Post: Blog2_Post

Pelajaran tentang Pahala Puasa

Diperbarui: 22 Apr 2022

Sebagai suatu bentuk ibadah dalam arti menunaikan suatu kewajiban untuk mendapatkan balasan, puasa lebih mudah dipahami terutama oleh anak-anak dibanding bentuk-bentuk ibadah lain. Setelah berpuasa 15 jam, anak-anak (dan orang tua) benar-benar merasakan nikmat berbuka puasa.



Seperti yang disampaikan oleh Rasululllah SAW,


لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ


Orang yang berpuasa akan merasakan dua kegembiraan; kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Rabb-nya.” (Muttafaq ‘alaihi)


Ada dua pelajaran dari sini yaitu bentuk dan waktu balasan yang kita harapkan.


Salah satu kenikmatan berbuka puasa adalah kenikmatan jasmani, hilangnya lapar dan dahaga. Tapi banyak ibadah lain, yang ketika kita selesai mengerjakannya, kita tidak merasakan kenikmatan dalam bentuk jasmani. Setelah menyelesaikan rukun haji atau setelah sholat malam dengan membaca beberapa juz di bulan Ramadhan, kita mungkin malah merasa lelah.


Kita harus mencari dan merasakan kenikmatan dalam bentuk lain ketika beribadah terutama untuk ibadah yang rutin dan sering kita lakukan seperti sholat lima waktu. Sehinga ketika kita selesai mengerjakannya walaupun mungkin tidak ada kenikmatan jasmani, kita bisa merasakan kepuasan, ketenangan dan berbagai nikmat lain dalam hati dan fikiran sebagai hasil ibadah tersebut.


Berbuka puasa adalah salah satu balasan ibadah puasa. Idul Fitri merupakan balasan ibadah-ibadah di bulan Ramadhan. Tidak saja balasan ibadah puasa, tapi juga balasan i’tikaf, balasan tilawah. Walaupun kita menikmati berbagai ibadah tersebut ketika melakukannya, tetapi kita juga menantikan datangnya Idul Fitri. Sama seperti ketika kita berpuasa dan menantikan datangnya waktu Maghrib. Sama seperti ketika kita berdiri menjadi makmum di tahajjud yang panjang menanti datangnya ruku’ dan sujud untuk bisa beristirahat.


Dalam semua ibadah tadi kita tahu kapan balasan akan tiba. Tapi kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan puncak dari balasan yang kita inginkan, yaitu surga dan bertemu Allah. Syarat sebagai orang beriman adalah percaya terhadap balasan Allah di akhirat. Hal ini merupakan sesuatu yang berat, karena sifat manusia adalah mengharapakan cepatnya balasan itu datang. Sebenarnya penundaan balasan ini merupakan rahmat Allah swt. Akan jadi apa kita kalau ALlah menurunkan adzabnya saat itu juga ketika kita melakukan kesalahan.


Selain mencari dan merasakan kenikmatan di luar kenikmatan jasmani ketika beribadah, kita juga perlu meningkatkan keimanan kita bahwa balasan itu betul-betul akan datang. Allah maha adil dan Ar-Rahman, Ar-Rahim. Kapanpun datangnya. (Aria Novianto).

7 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page